Trendingmanado.com— Hari ketiga dalam lawatan ke Jepang, Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan rombongan bergerak dari Kyoto Jepang menuju Osaka. Kota Osaka adalah bagian dari wilayah Kansai Jepang, dengan jumlah penduduk ketiga terbanyak di Jepang setelah Tokyo dan Yokohama.
Di Kota Osaka, Gubernur Olly dan rombongan menginap semalam dan Sabtu pagi mengunjungi salah satu destinasi wisata paling terkenal yaitu Kastil Osaka. Kastil Osaka berada di tengah kota, dan hanya membutuhkan waktu tidak terlalu lama untuk tiba di lokasi dari hotel tempat rombongan menginap.
Kemegahan Kastil Osaka yang dominan berwarna hijau sudah bisa terlihat dari jauh dan membuat Gubernur Olly dan rombongan begitu antusias dan penasaran. Tidak seperti di Tokyo dan Kyoto, cuaca di Kota Osaka sangat bersahabat sehingga Gubernur dan rombongan sangat bersemangat berjalan kaki di pagi hari, dari titik pemberhentian bus ke Kastil Osaka.
Menikmati perjalanan ke Kastil Osaka memang sangat menyenangkan. Memasuki area kastil, Gubernur dan rombongan disuguhkan pemandangan indah taman Kastil Osaka yang sangat luas. Di taman ini berjejer pohon sakura. Dan menurut info, akan lebih indah jika datang di saat musim mekar bunga khas Jepang ini yakni di pertengahan bulan Maret.
Kastil Osaka dibangun pada abad ke-16 di zaman Hideyoshi Toyotomi seorang panglima perang paling terkenal yang mampu menyatukan Jepang saat itu. Dalam pembangunannya oleh Hideyoshi Toyotomo, Kastil Osaka dikelilingi benteng batu yang tinggi, sangat kokoh serta dibatasi parit kolam yang sangat luas. Untuk bisa masuk ke Kastil Osaka, rombongan harus membayar tiket masuk 600 yen. Pengunjung rela antri demi melihat langsung Kastil paling terbesar dan bersejarah di Jepang ini.
Kastil Osaka memiliki delapan lantai, lantai satu sampai tujuh kini telah menjadi museum yang memajang dokumen – dokumen sejarah masa Hideyoshi Toyotomi dan replika pemugaran Kastil. Dan ada juga baju besi, pedang serta miniatur cerita perang di masa itu. Sementara, lantai delapan adalah bagian observasi, dimana wisatawan bisa melihat pemandangan taman Kastil yang sangat luas dan Kota Osaka dengan gedung-gedung pencakar langitnya.
Museum Kastil Osaka telah dikelola secara modern. Wisatawanpun bisa naik hingga ke lantai delapan dengan fasilitas lift, namun untuk turun kembali harus melalui tangga. Meski Museum Kastil Osaka dibangun secara modern namun tidak meninggalkan nilai otentik dari kastil paling terkenal ini.
Hal inilah yang mengilhami Gubernur Olly Dondokambey yang ingin mewujudkan museum budaya di Sulawesi Utara bisa dikelola secara baik dan modern dengan memperkuat infrastruktur sehingga bisa menjadi magnet bagi wisatawan. “Saya kira pembangunan infrastruktur pariwisata sudah sangat wajib dilakukan oleh bupati dan walikota di Sulut. Tentu dengan memperhatikan besaran kemampuan anggaran daerah,” ujarnya.
Beberapa pejabat Forkopimda yang ikut dalam kunjungan ke museum Osaka juga memberikan tanggapannya ketika telah mengunjungi beberapa destinasi wisata di Jepang termasuk di Kastil Osaka. “Kita dapat melihat selama kunjungan di beberapa lokasi wisata infrastrukturnya sangat bagus sehingga mata kita selalu disuguhkan pemandangan yang enak dipandang. Ini hal positif yang harus diadopsi Gubernur maupun walikota dan bupati, agar bisa dilaksanakan di daerah,” ujar Mayjen TNI Denny Tuejeh, Pangdam 13 Merdeka, didampingi istri tercinta.
Sementara Ketua Pengadilan Tinggi Manado, Dr Lexsy Mamonto selain memberi apresiasi kepada Gubernur Olly Dondokambey atas terobosan direct flight Manado-Tokyo juga menyentil soal budaya bersih di Jepang. Menurutnya, penerapan budaya bersih harus ditangkap kepala daerah di Sulut agar mendorong masyarakatnya bisa melakukan itu. “Sepele kelihatannya tapi masih sangat sulit dilaksanakan. Tapi jika itu diterapkan terutama sejak dini, saya optimis Manado dan kota lainnya di Sulut bisa bebas dari sampah,” tandasnya.
Hal yang sama diutarakan Ketua DPRD Propinsi Sulawesi Utara, Andi Silangen. Menurutnya, dibukanya penerbangan langsung Manado-Tokyo bukan hanya pintu gerbang bangkitnya kembali dunia pariwisata Sulut melainkan juga revolusi mental bagi warga Sulut yang datang mengunjungi Jepang. “Terobosan penerbangan langsung kedua kota ini tidak hanya soal pengembangan sektor pariwisata tapi soal bagaimana kita belajar budaya disiplin yang telah mendarah daging di dalam diri warga Jepang. Kesadaran berbudaya bersih inilah yang harus kita bawa pulang dan sebarkan, itu dulu yang utama,” tandas Andi Silangen usai mengunjungi Kastil Osaka.
“Namun saya juga mendorong kepala daerah di Sulut wajib menangkap terobosan Gubernur ini dengan prioritas penguatan infrakstruktur sektor pariwisata,” tambahnya.
Selain taman dan museum, di Kastil Osaka juga terdapat sebuah bangunan outlet cenderamata dan restauran. Jadi, pengunjung tidak perlu kuatir perut kosong usai mengunjungi Kastil, tapi sekaligus bisa membeli ole-ole untuk dibawa pulang.
Wisatawan juga yang tidak ingin masuk ke dalam Kastil bisa memilih berwisata dengan naik perahu di parit raksasa sambil mengelilingi Kastil atau sekedar jalan-jalan di Taman Kastil.(*)